Cogito, ergo sum

Filsafat

Cogito, ergo sum bersumber dari seorang filsuf besar Perancis yang bernama Descartes. Ini merupakan kalimat yang tidak bisa ditentang oleh siapapun, karena ada kebenaran di dalamnya. Mungkin kita bertanya-tanya apa artinya “cogito, ergo sum”. Cogito, ergo sum mempunyai arti yakni “aku berpikir, jadi aku ada”. Pendapat Descartes ini hampir sama dengan filsuf lainnya misalnya George Berkeley yang mengatakan bahwa satu-satunya alasan mengapa objek itu eksis, katakanlah sebuah kursi, karena kita memikirkannya sebagai yang ada. Tergantung pada subjeknya. Jika dibandingkan ke dua pendapat filsuf ini sama-sama masuk akal atau dengan kata lain dapat diterima oleh rasio. Dua-duanya menggunakan pikiran, sehingga aku (subjek) dan benda (objek) ada.

Orang bisa memikirkan dan mengatur program kerjanya setiap hari karena dia ada. Saya berpikir tentang hidup karena saya sedang menjalaninya dan apapun itu saya pikirkan selama aku berada di dunia. Namun ada pertanyaan yang muncul dari benak saya tentang cogito ergo sum ini yakni bagaimana dengan orang yang tidak bisa berpikir apakah orang itu bisa dikatakan tidak ada? Apakah ada orang yang tidak bisa berpikir?. Dari pertanyaan di atas membuat saya berpikir dan akhirnya saya menemukan jawabannya dimana setiap orang mempunyai pikiran tapi cara berpikirnya lain-lain berbeda satu sama lain. Ketika masih hidup pikiran kita seperti air yang terus mengalir tanpa henti. Hanya orang matilah yang tidak dapat berpikir karena mind (pikiran) orang mati tidak berfungsi lagi.

Pendapat George Berkeley hampir sama dengan Descartes. George Berkeley berpendapat bahwa sesuatu itu ada kalau kita memikirkannya sebagai yang ada. Jadi tergantung pada subjek yakni bagaimana dia memandang objek (sasaran) tersebut. Kalau kita menganggap sesuatu itu ada, maka saat itu juga kita memikirkannya sebagai yang ada. Jika kita memandang sesuatu sebagai yang ada, maka tampak juga dalam ekspresi kita saat berhadapan dengannya. Apakah anda menganggap orang lain itu ada? Apakah anda pernah memikirkan sesuatu yang ada tapi sebenarnya tidak ada? Apakah yang anda pikirkan itu selalu ada? Bagaimana cara anda memikirkan yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada?

Menurut saya ini semacam dilema karena memikirkan yang tidak ada menjadi ada, serta memikirkan sesuatu sebagai yang ada tapi sesungguhnya tidak ada sangat sulit untuk dimengerti. Tetapi kalau kita membaca kalimat itu dengan menggunakan logika kita pasti bisa. Setiap orang pasti merasakan kehadiran orang lain dalam hidupnya dengan itu dia mengaggap orang lain itu ada. Dalam hidup, kita pasti banyak mengalami pengalaman tentang sesuatu benda contohnya sebuah kursi.

Kursi bentuknya bermacam-macam ada kursi roda, ada juga kursi goyang dan lain sebagainya. Ketika kita melihat sebuah kursi yang ada di rumah apapun bentuknya, kita pasti memikirkan kursi yang lain misalnya kursi goyang yang ada di taman eden yang memberi kesan indah, sampai kapanpun tidak terlupakan meskipun benda itu tidak ada di tempat dimana kita berada. Tetapi kita selalu memikirkannya seolah-olah ada di sini tapi sebenanrnya kursi goyang itu tidak ada di sini tetapi ada di sana misalnya di taman eden.

Sebenarnya memikirkan sesuatu menjadi ada itu tergantung kekuatan kita berimajinasi bagaimana mengadakan sesuatu itu lewat image meskipun itu tidak bisa dibuktikan secara nyata. Tapi ingat bahwa image itu juga riil. Dia mempunyai kelebihan untuk membuktikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada secara riil lewat image and mind. Jadi gunakanlah imajinasi dan pikiranmu untuk memikirkan sesuatu menjadi ada meskipun itu tidak ada wujudnya atau dengan kata lain tidak nyata secara rill.

Wilhelmus Famati Hia

Tinggalkan komentar